MAKALAH
Ruang Lingkup
Pengembangan Nilai-nilai Agama
bagi Anak Taman Kanak-kanan
DISUSUN
OLEH:
EVI
YUSLITA ( 1105125095
)
ENI
SUYANTI ( 1105125102 )
NUR
HADIJAH ( 1105125102 )
SURIYANTI ( 1105125096 )
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
SAMARINDA
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada kami berupa makalah
dengan judul “Ruang Lingkup Pengembangan Nilai-nilai Agama bagi Anak Taman
Kanak-kanak.”.
Dalam penyusunan makalah ini
kami yakin masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharap kepada
para pendidik khususnya dan para pembaca umumnya untuk memberikan saran dan kritik,
dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Hanya kepada Allah SWT kami
memohon semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Samarinda, 8 Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................ 1
B. Rumusan
Maslah............................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan......................................................... 2
D. Manfaat........................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN........................................................................ 3
A.
Esensi Penanaman Nilai-Nilai
Agama Kepada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak.............................................. 3
B.
Munculnya Nilai Agama Pada
Diri Anak Taman Kanak
kanak............................................................................... 3
C.
Sifat-Sifat Materi
Pembelajaran ..................................... 7
D.
Prinsip-Prinsip Materi
Pengembangan
Nilai-Nilai Agama........................................................... 8
BAB III : PENUTUP................................................................................. 9
A. Kesimpulan
........................................................................... 9
B.
Saran...................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
........................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Badudu Zein (1996), anak adalah keturunan pertama (setelah
ibu dan bapak). Anak-anak adalah manusia yang masih kecil yang belum dewasa dan
memiliki berbagai potensi laten untuk tumbuh dan berkembang.
Nilai-nilai
agama akan tumbuh dan berkembang pada jiwa anak melalui proses pendidikan dan
pengalaman yang dilaluinya sejak kecil. Seorang anak yang tidak memperoleh
pendidikan dan pengetahuan nilai-nilai keagamaan sebagai pengalaman
belajarnya., akan dimungkinkan menimbulkan ketidakpedulian yang cukup tinggi
dalam menghayati apa yang telah dipelajarinya.
Rasa keagamaan dan nilai-nilai keagamaan akan tumbuh dan
berkembang pada diri anak seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan psikis
maupun fisik anak itu sendiri.
Demikian pun dengan pengetahuan keagamaan, anak Taman Kanak-Kanak
perlu diperkenalkan dengan keberadaan Tuhan dalam kehidupannya. Anak menjadi
mengenal tuhan dari bahasa yang diucapkan oleh orang dewasa yang ada
disekelilingnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, rumusan masalah dalam makalah ini :
a.
Bagaimana Esensi Penanaman
Nilai-Nilai Agaman Kepada Anak Usia Taman Kanak-Kanak
b.
Bagaimana Munculnya Nilai
Agama Pada Diri Anak Taman Kanak-Kanak
c.
Apa saja Sifat-Sifat Materi
Pembelajaran
d.
Bagaimana Prinsip-Prinsip
Materi Pengembangan Nilai-Nilai Agama
C.
Tujuan Pembahasan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
atau pengetahuan tentang bagaimana pengembangan
nilai-nilai agama bagi anak taman kanak-kanak
D. Manfaat
Untuk dijadikan pra-syarat tugas mata kuliah Metode
pengembangan moral dan nilai keagamaan sekaligus ingin mengetahui secara jelas
tentang pengembangan nilai-nilai agama bagi anak taman kanak-kanak, sehingga bisa untuk menambah wawasan dan pemahaman lebih lanjut tentang
psikologi perkembangan anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Esensi Penanaman Nilai-Nilai Agaman Kepada Anak Usia Taman
Kanak-Kanak
Menurut
pandangan ajaran agama khususnya islam, setiap manusia yang lahir berada dalam keadaan
suci, dan factor penentu kualitas keagamaan anak itu sendiri banyak ditentukan
oleh peran serta kedua orang tuanya. Landasan itu memberi makna bagi kita bahwa
ternyata factor lingkungan keluarga adalah peringkat pertama yang akan memberi
warna dasar bagi nilai-nilai keagamaan anak. Dengan demikian peran serta orang
tua tidek boleh asal dan hanya sekedarnya saja pada saat memulai
pengenalan pengetahuan dan pengembangan
nilai-nilai keagamaan anak. Agar anak memiliki kualitas fondasi agama yang
kokoh , maka orang tua harus berperan serta secara berkualitas.
Menurut Badudu Zein (1996), anak adalah keturunan pertama (setelah
ibu dan bapak). Anak-anak adalah manusia yang masih kecil yang belum dewasa dan
memiliki berbagai potensi laten untuk tumbuh dan berkembang.
B.
Munculnya Nilai Agama Pada Diri Anak Taman Kanak-Kanak
Nilai-nilai agama akan tumbuh dan berkembang pada jiwa anak
melalui proses pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya sejak kecil. Seorang
anak yang tidak memperoleh pendidikan dan pengetahuan nilai-nilai keagamaan
sebagai pengalaman belajarnya., akan dimungkinkan menimbulkan ketidakpedulian
yang cukup tinggi dalam menghayati apa yang telah dipelajarinya.
Lain halnya dengan anak yang mendapatkan pendidikan agama yang
cukup dalam keluarganya, tumbuh dan berkembang dalam lingkungan masyarakat
agamis, kawan sebayanya taat beribadah, ditambah dengan pengalaman-pengalaman keagaamaan yang
baik disekolah maupun tempat-tempat ibadah maka dengan sendirinya anak itu akan
memiliki kecenderungan untuk hidup dengan kebiasaan nilai-nilai agama yang
dianutnya.
1.
Fenomena Munculnya Nilai
Keagamaan Anak
Rasa keagamaan dan nilai-nilai keagamaan akan tumbuh dan
berkembang pada diri anak seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan psikis
maupun fisik anak itu sendiri.
Demikian pun dengan pengetahuan keagamaan, anak Taman Kanak-Kanak
perlu diperkenalkan dengan keberadaan Tuhan dalam kehidupannya. Anak menjadi
mengenal tuhan dari bahasa yang diucapkan oleh orang dewasa yang ada
disekelilingnya.
2.
Perkembangan Nilai-nilai
Keagamaan Anak
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi perkembangan nilai-nilai keagamaan pada diri anak, yaitu :
a.
Factor pembawaan (Internal)
Perbedaan hakiki antara manusia dengan hewan adalah dimilikinya
akal pikiran yang merupakan potensi termahal dan tidak dimiliki oleh makhluk b
lain sesame ciptaan Tuhan. Akal pikiran itu diharapkan akan mampu membimbing
dan mengarahkan serta mendorong manusia ke jalan yang benar, mampu membedakan
yang baik dengan yang buruk dan membentuk peradaban kehidupan yang sempurna
sebagai insan mulia.
b.
Faktor Lingkungan
(Eksternal)
Factor pembawaan atau fitrah beragama merupakan potensi yang
mempunyai kecenderungan berkembang. Namun perkembangan itu tidak akan terjadi
manakala tidak ada factor luar (Eksternal) yang memberi rangsangan atau
stimulus yang memungkinkan fitrah itu berkembang dengan sebaik-baiknya.
Factor eksternal itu tiada lain adalah
lingkungan dimana individu itu hidup, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Dalam ilmu pendidikan kondisi fisik anak sangat jauh berbeda dengan orang dewasa, dalam banyak
hal. Anak-anak sesuai dengan fisiknya yang kecil, dalam pandangan pikiran dan
kemampuannya pun memiliki keterbatasan dibandingkan dengan kemampuan orang
dewasa. Jadi, akan sangat tidak manusiawi apabila ada diantara kita yang
mengukur kemampuan anak dengan ukuran dan kriteria kemampuan orang dewasa dan
memperlakukan anak disamakan dengan orang dewasa.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa kemungkinan tentang
sifat-sifat pemahaman anak Taman Kanak-kanak terhadap nilai-nilai keagamaan
pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar, yaitu :
a.
Unreflective
Istilah unreflective menurut Jhon Eckol (1995) dapat dimaknai
sebagai tidak mendalam, tidak/kurang dapat memikirkan secara mendalam atau anak
tidak dapat merenungkannya. Artinya salah satu sifat anak dalam memahami
pengetahuan yang berkaitan dengan hal yang abstrak, seperti pengetahuan/ajaran
agama, tidak merupakan hal yang harus diperdulikan dengan serius.
Secara nyata kita dapat menemukan bahwa hakikat pemahaman dan
kemampuan anak dalam mempelajari nilai-nilai agama yang sering menampilkan
suatu hal yang tidak serius (seperti
layaknya orang dewasa), bercanda, main-main dan asal mengikuti apapun yang
diperintahkan kepadanya.
b.
Egocentris
Sifat yang kedua ini memiliki makna bahwa pada diri anak sesuai
dengan perkembangan kejiwaannya lebih mementingkan kemauan dirinya sendiri
dalam segala hal. Tidak perduli dengan urusan orang lain dan lebih terfokus
pada hal-hal yang menggantungkan dirinya. Demikian pun dengan sifat anak pada
saat mempelajari nilai-nilai agama yang dipelajarinya.
c.
Misunderstand
Ketika kita membicarakan berbagai hal yang bersifat abstrak, (
seperti masalah-masalah ajaran agama) kepada orang dewasa, kitatidak dapat
menjamin bahwa apa yang kita maksud akan mampu dipahami dengan 100% benar oleh
orang dewasa.
Demikian pula, sangan mungkin al itu (misunderstand)
akan muncul dikalangan anak-anak di usia prasekolah, ketika kita mengenal
berbagai hal yang terkait dengan pengembangan nilai-nilai agama. Dilandasi oleh
belum sempurnanya komponen psokologis dan fisiologis anak didik, tentu akan
banyak hal yang dapat kita tangkap, seperti terjadinya salah persepsi ketika
mereka belajar memahami makna dari sebuah ajaran/pengetahuan agama yang
bersifat abstrak tersebut.
Seperti
yang diungkapkan oleh sistem pendidikan neo humanis dalam masalah spiritualitas
dikatakan bahwa: bagi anak kecil, segala-galanya itu semua hidup, dan menjadi
sumber kekaguman (I. Ketut, 1999:84).
d.
Verbalis dan Ritualis
Anak usia taman kanak-kanak sekitar 3 sampai 6 tahun, berada pada
fase perkembangan kosa yang sangat pesat. Seperti yang diungkapkan oleh
Elizabeth B. H. 1997:188): setiap anak belajar berbicara, mereka berbicara
hampir tidak putus-putusnya. Keterampilan baru menimbulkan rasa penting bagi
mereka.
C.
Sifat-Sifat Materi Pembelajaran
1.
Aplikatif
Sifat yang pertama ini memiliki makna bahwa yang harus anak
dapatkan pada saat mereka mengikuti proses pembinaan dan pengembangan
nilai-nilai agama, adalah pembelajaran terapan, materi yang berkaitan dengan
kegiatan rutin anak sehari-hari, dan materi yang memang sangat dibutuhkan/dapat
dilakukan anak dalam kehidupannya.
2.
Enjoyable
Topik kegiatana inti dari pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan tingkat perkembangan anak salah satunya adalah memberi kesempatan kepada
anak untuk bermain dengan belajar tentang kehidupan religius (Early Childhood
Education & Development centre, 2003:14).
Berdasarkan pada pernyataan tersebut maka dapat kita pahami bahwa
sifat-sifat materi nilai-nilai agama yang harus disiapkan oleh guru dan orang
tua adalah harus bersifat menyenangkan bagi anak, membuat anak bahagia, dan
menjadikan anak mencintai/menyukai aktivitasnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa pemilihan materi yang selektif adalah
sesuatu hal yang esensial keberadaannya. Sebab bisa jadi anak tidak akan
menyukai kegiatan pengembangan nilai-nilai agama hanya karena guru dan orang
tua yang kurang mampumenentukan materi yang cocok dengan kebutuhan anak.
Hindari pemberian materi yang sifatnya menjenuhkan dan membosankan anak,
sehingga anak akan kurang berminat untuk mengikutinya.
3.
Mudah Ditiru
Kualitas dan kuantitas materi pembelajaran nilai-nilai agama, juga
harus menjadi salah satu pertimbangan para guru dan orang tua, agar materi yang
disajikan dapat dilakukan/dipraktekkan sesuai dengan kemampuan anak.
Ruang lingkup tentang hal tersebut dapat
diberikan, seperti praktek kepribadian yang ringan (sikap berdoa, sikap
bersalaman, praktek wudhu, gerakan shalat.)
D.
Prinsip-Prinsip Materi Pengembangan Nilai-Nilai Agama
1.
Prinsip penekanan pada
aktivitas anak sehari-hari
2.
Prinsip pentingnya
keteladanan dari lingkungan dan orang tua/keluarga anak
3.
Prinsip kesesuaian dengan
kurikulum spiral
4.
Prinsip Developmentally
Appropriate Practice (DAP)
5.
Prinsip psikologi
perkembangan anak
6.
Prinsip monitoring yang
rutin
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi,
Nilai-nilai agama akan tumbuh dan berkembang pada jiwa anak
melalui proses pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya sejak kecil. Seorang
anak yang tidak memperoleh pendidikan dan pengetahuan nilai-nilai keagamaan
sebagai pengalaman belajarnya., akan dimungkinkan menimbulkan ketidakpedulian
yang cukup tinggi dalam menghayati apa yang telah dipelajarinya.
Ada beberapa factor yang
dapat mempengaruhi perkembangan
nilai-nilai keagamaan pada diri anak, yaitu Factor pembawaan (Internal)
dan Faktor Lingkungan (Eksternal).
B. SARAN
Agar, dapat dijadikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya Pengembangan Nilai-nilai Agama bagi Anak Taman Kanak-kanak. Dengan kata lain dengan saran yang diberikan oleh pembaca dapat dijadikan
cerminan sekaligus bisa dijadikan instropeksi diri bahwa selama ini cara asuh
kurang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
http://rivafauziah.files.wordpress.com/2009/08/pengambangan-taman-kanak-kanak-cianjur1.pdf
sangat bagus n memebantu, ijin kupas
BalasHapus