Rabu, 12 Desember 2012

Ruang Lingkup Pengembangan Nilai-nilai Agama bagi Anak Taman Kanak-kanan


MAKALAH
Ruang Lingkup Pengembangan Nilai-nilai Agama
bagi Anak Taman Kanak-kanan

DISUSUN OLEH:
EVI YUSLITA                       ( 1105125095 )
ENI SUYANTI                      ( 1105125102 )
NUR HADIJAH                    ( 1105125102 )
SURIYANTI                          ( 1105125096 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2012/2013


KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada kami berupa makalah dengan judul “Ruang Lingkup Pengembangan Nilai-nilai Agama bagi Anak Taman Kanak-kanak.”.
Dalam penyusunan makalah ini kami yakin masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharap kepada para pendidik khususnya dan para pembaca umumnya untuk memberikan saran dan kritik, dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Hanya kepada Allah SWT kami memohon semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Samarinda,  8 Oktober 2012


Penyusun





DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................       i
Daftar Isi.............................................................................................................      ii

BAB I        :    PENDAHULUAN.....................................................................      1
A.        Latar Belakang................................................................      1
B.        Rumusan Maslah.............................................................      2
C.        Tujuan Pembahasan.........................................................      2
D.        Manfaat...........................................................................      2

BAB II       :    PEMBAHASAN........................................................................      3
A.                Esensi Penanaman Nilai-Nilai Agama Kepada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak..............................................      3
B.                 Munculnya Nilai Agama Pada Diri Anak Taman Kanak
kanak...............................................................................      3
C.                 Sifat-Sifat Materi Pembelajaran .....................................      7
D.                Prinsip-Prinsip Materi Pengembangan
Nilai-Nilai Agama...........................................................      8

BAB III     :    PENUTUP.................................................................................      9
A. Kesimpulan ...........................................................................      9
B. Saran......................................................................................       9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................     10



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menurut Badudu Zein (1996), anak adalah keturunan pertama (setelah ibu dan bapak). Anak-anak adalah manusia yang masih kecil yang belum dewasa dan memiliki berbagai potensi laten untuk tumbuh dan berkembang.
Nilai-nilai agama akan tumbuh dan berkembang pada jiwa anak melalui proses pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya sejak kecil. Seorang anak yang tidak memperoleh pendidikan dan pengetahuan nilai-nilai keagamaan sebagai pengalaman belajarnya., akan dimungkinkan menimbulkan ketidakpedulian yang cukup tinggi dalam menghayati apa yang telah dipelajarinya.
Rasa keagamaan dan nilai-nilai keagamaan akan tumbuh dan berkembang pada diri anak seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan psikis maupun fisik anak itu sendiri.
Demikian pun dengan pengetahuan keagamaan, anak Taman Kanak-Kanak perlu diperkenalkan dengan keberadaan Tuhan dalam kehidupannya. Anak menjadi mengenal tuhan dari bahasa yang diucapkan oleh orang dewasa yang ada disekelilingnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam makalah ini :
a.       Bagaimana Esensi Penanaman Nilai-Nilai Agaman Kepada Anak Usia Taman Kanak-Kanak
b.      Bagaimana Munculnya Nilai Agama Pada Diri Anak Taman Kanak-Kanak
c.       Apa saja Sifat-Sifat Materi Pembelajaran
d.      Bagaimana Prinsip-Prinsip Materi Pengembangan Nilai-Nilai Agama

C.     Tujuan Pembahasan
        Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman atau pengetahuan tentang bagaimana pengembangan nilai-nilai agama bagi anak taman kanak-kanak
D.   Manfaat
Untuk dijadikan pra-syarat tugas mata kuliah Metode pengembangan moral dan nilai keagamaan sekaligus ingin mengetahui secara jelas tentang pengembangan nilai-nilai agama bagi anak taman kanak-kanak, sehingga bisa untuk menambah wawasan dan pemahaman lebih lanjut tentang psikologi perkembangan anak.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Esensi Penanaman Nilai-Nilai Agaman Kepada Anak Usia Taman Kanak-Kanak
                         Menurut pandangan ajaran agama khususnya islam, setiap manusia yang lahir berada dalam keadaan suci, dan factor penentu kualitas keagamaan anak itu sendiri banyak ditentukan oleh peran serta kedua orang tuanya. Landasan itu memberi makna bagi kita bahwa ternyata factor lingkungan keluarga adalah peringkat pertama yang akan memberi warna dasar bagi nilai-nilai keagamaan anak. Dengan demikian peran serta orang tua tidek boleh asal dan hanya sekedarnya saja pada saat memulai pengenalan  pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai keagamaan anak. Agar anak memiliki kualitas fondasi agama yang kokoh , maka orang tua harus berperan serta secara berkualitas.
Menurut Badudu Zein (1996), anak adalah keturunan pertama (setelah ibu dan bapak). Anak-anak adalah manusia yang masih kecil yang belum dewasa dan memiliki berbagai potensi laten untuk tumbuh dan berkembang.

B.     Munculnya Nilai Agama Pada Diri Anak Taman Kanak-Kanak
Nilai-nilai agama akan tumbuh dan berkembang pada jiwa anak melalui proses pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya sejak kecil. Seorang anak yang tidak memperoleh pendidikan dan pengetahuan nilai-nilai keagamaan sebagai pengalaman belajarnya., akan dimungkinkan menimbulkan ketidakpedulian yang cukup tinggi dalam menghayati apa yang telah dipelajarinya.
Lain halnya dengan anak yang mendapatkan pendidikan agama yang cukup dalam keluarganya, tumbuh dan berkembang dalam lingkungan masyarakat agamis, kawan sebayanya taat beribadah, ditambah  dengan pengalaman-pengalaman keagaamaan yang baik disekolah maupun tempat-tempat ibadah maka dengan sendirinya anak itu akan memiliki kecenderungan untuk hidup dengan kebiasaan nilai-nilai agama yang dianutnya.
1.      Fenomena Munculnya Nilai Keagamaan Anak
Rasa keagamaan dan nilai-nilai keagamaan akan tumbuh dan berkembang pada diri anak seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan psikis maupun fisik anak itu sendiri.
Demikian pun dengan pengetahuan keagamaan, anak Taman Kanak-Kanak perlu diperkenalkan dengan keberadaan Tuhan dalam kehidupannya. Anak menjadi mengenal tuhan dari bahasa yang diucapkan oleh orang dewasa yang ada disekelilingnya.
2.      Perkembangan Nilai-nilai Keagamaan Anak
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi perkembangan  nilai-nilai keagamaan pada diri anak, yaitu :
a.       Factor pembawaan (Internal)
Perbedaan hakiki antara manusia dengan hewan adalah dimilikinya akal pikiran yang merupakan potensi termahal dan tidak dimiliki oleh makhluk b lain sesame ciptaan Tuhan. Akal pikiran itu diharapkan akan mampu membimbing dan mengarahkan serta mendorong manusia ke jalan yang benar, mampu membedakan yang baik dengan yang buruk dan membentuk peradaban kehidupan yang sempurna sebagai insan mulia.

b.       Faktor Lingkungan (Eksternal)
Factor pembawaan atau fitrah beragama merupakan potensi yang mempunyai kecenderungan berkembang. Namun perkembangan itu tidak akan terjadi manakala tidak ada factor luar (Eksternal) yang memberi rangsangan atau stimulus yang memungkinkan fitrah itu berkembang dengan sebaik-baiknya. Factor  eksternal itu tiada lain adalah lingkungan dimana individu itu hidup, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dalam ilmu pendidikan kondisi fisik anak sangat jauh  berbeda dengan orang dewasa, dalam banyak hal. Anak-anak sesuai dengan fisiknya yang kecil, dalam pandangan pikiran dan kemampuannya pun memiliki keterbatasan dibandingkan dengan kemampuan orang dewasa. Jadi, akan sangat tidak manusiawi apabila ada diantara kita yang mengukur kemampuan anak dengan ukuran dan kriteria kemampuan orang dewasa dan memperlakukan anak disamakan dengan orang dewasa.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa kemungkinan tentang sifat-sifat pemahaman anak Taman Kanak-kanak terhadap nilai-nilai keagamaan pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar, yaitu :
a.       Unreflective
Istilah unreflective menurut Jhon Eckol (1995) dapat dimaknai sebagai tidak mendalam, tidak/kurang dapat memikirkan secara mendalam atau anak tidak dapat merenungkannya. Artinya salah satu sifat anak dalam memahami pengetahuan yang berkaitan dengan hal yang abstrak, seperti pengetahuan/ajaran agama, tidak merupakan hal yang harus diperdulikan dengan serius.
Secara nyata kita dapat menemukan bahwa hakikat pemahaman dan kemampuan anak dalam mempelajari nilai-nilai agama yang sering menampilkan suatu hal yang tidak serius  (seperti layaknya orang dewasa), bercanda, main-main dan asal mengikuti apapun yang diperintahkan kepadanya.
b.      Egocentris
Sifat yang kedua ini memiliki makna bahwa pada diri anak sesuai dengan perkembangan kejiwaannya lebih mementingkan kemauan dirinya sendiri dalam segala hal. Tidak perduli dengan urusan orang lain dan lebih terfokus pada hal-hal yang menggantungkan dirinya. Demikian pun dengan sifat anak pada saat mempelajari nilai-nilai agama yang dipelajarinya.
c.       Misunderstand
Ketika kita membicarakan berbagai hal yang bersifat abstrak, ( seperti masalah-masalah ajaran agama) kepada orang dewasa, kitatidak dapat menjamin bahwa apa yang kita maksud akan mampu dipahami dengan 100% benar oleh orang dewasa.
Demikian pula, sangan mungkin al itu (misunderstand) akan muncul dikalangan anak-anak di usia prasekolah, ketika kita mengenal berbagai hal yang terkait dengan pengembangan nilai-nilai agama. Dilandasi oleh belum sempurnanya komponen psokologis dan fisiologis anak didik, tentu akan banyak hal yang dapat kita tangkap, seperti terjadinya salah persepsi ketika mereka belajar memahami makna dari sebuah ajaran/pengetahuan agama yang bersifat abstrak tersebut.
                        Seperti yang diungkapkan oleh sistem pendidikan neo humanis dalam masalah spiritualitas dikatakan bahwa: bagi anak kecil, segala-galanya itu semua hidup, dan menjadi sumber kekaguman (I. Ketut, 1999:84).
d.      Verbalis dan Ritualis
Anak usia taman kanak-kanak sekitar 3 sampai 6 tahun, berada pada fase perkembangan kosa yang sangat pesat. Seperti yang diungkapkan oleh Elizabeth B. H. 1997:188): setiap anak belajar berbicara, mereka berbicara hampir tidak putus-putusnya. Keterampilan baru menimbulkan rasa penting bagi mereka.

C.    Sifat-Sifat Materi Pembelajaran
1.      Aplikatif
Sifat yang pertama ini memiliki makna bahwa yang harus anak dapatkan pada saat mereka mengikuti proses pembinaan dan pengembangan nilai-nilai agama, adalah pembelajaran terapan, materi yang berkaitan dengan kegiatan rutin anak sehari-hari, dan materi yang memang sangat dibutuhkan/dapat dilakukan anak dalam kehidupannya.
2.      Enjoyable
Topik kegiatana inti dari pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak salah satunya adalah memberi kesempatan kepada anak untuk bermain dengan belajar tentang kehidupan religius (Early Childhood Education & Development centre, 2003:14).
Berdasarkan pada pernyataan tersebut maka dapat kita pahami bahwa sifat-sifat materi nilai-nilai agama yang harus disiapkan oleh guru dan orang tua adalah harus bersifat menyenangkan bagi anak, membuat anak bahagia, dan menjadikan anak mencintai/menyukai aktivitasnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa pemilihan materi yang selektif adalah sesuatu hal yang esensial keberadaannya. Sebab bisa jadi anak tidak akan menyukai kegiatan pengembangan nilai-nilai agama hanya karena guru dan orang tua yang kurang mampumenentukan materi yang cocok dengan kebutuhan anak. Hindari pemberian materi yang sifatnya menjenuhkan dan membosankan anak, sehingga anak akan kurang berminat untuk mengikutinya.
3.      Mudah Ditiru
Kualitas dan kuantitas materi pembelajaran nilai-nilai agama, juga harus menjadi salah satu pertimbangan para guru dan orang tua, agar materi yang disajikan dapat dilakukan/dipraktekkan sesuai dengan kemampuan anak.
Ruang lingkup tentang hal tersebut dapat diberikan, seperti praktek kepribadian yang ringan (sikap berdoa, sikap bersalaman, praktek wudhu, gerakan shalat.)

D.    Prinsip-Prinsip Materi Pengembangan Nilai-Nilai Agama
1.      Prinsip penekanan pada aktivitas anak sehari-hari
2.      Prinsip pentingnya keteladanan dari lingkungan dan orang tua/keluarga anak
3.      Prinsip kesesuaian dengan kurikulum spiral
4.      Prinsip Developmentally Appropriate Practice (DAP)
5.      Prinsip psikologi perkembangan anak
6.      Prinsip monitoring yang rutin






BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Jadi, Nilai-nilai agama akan tumbuh dan berkembang pada jiwa anak melalui proses pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya sejak kecil. Seorang anak yang tidak memperoleh pendidikan dan pengetahuan nilai-nilai keagamaan sebagai pengalaman belajarnya., akan dimungkinkan menimbulkan ketidakpedulian yang cukup tinggi dalam menghayati apa yang telah dipelajarinya.
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi perkembangan  nilai-nilai keagamaan pada diri anak, yaitu Factor pembawaan (Internal) dan Faktor Lingkungan (Eksternal).

B. SARAN
Agar, dapat dijadikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya Pengembangan Nilai-nilai Agama bagi Anak Taman Kanak-kanak. Dengan kata lain dengan saran yang diberikan oleh pembaca dapat dijadikan cerminan sekaligus bisa dijadikan instropeksi diri bahwa selama ini cara asuh kurang tepat.





DAFTAR PUSTAKA
http://rivafauziah.files.wordpress.com/2009/08/pengambangan-taman-kanak-kanak-cianjur1.pdf